Pendidikan
Kepramukaan di Indonesia merupakan salah satu segi pendidikan nasional
yang penting. Kepramukaan merupakan bagian dari sejarah perjuangan
bangsa Indonesia. Untuk itu perlu diketahui sejarah perkembangan
Kepramukaan di Indonesia. Kalau kita mempelajari sejarah pendidikan
kepramukaan kita tidak dapat lepas dari riwayat hidup pendiri gerakan
kepramukaan sedunia Lord Robert Baden Powell of Gilwell. Hal ini
disebabkan pengalaman beliaulah yang mendasari pembinaan remaja di
negara Inggris. Pembinaan remaja inilah yang kemudian tumbuh berkembang
menjadi gerakan kepramukaan.
Peraturan yang timbul pada masa perintisan Gerakan Pramuka di Indonesia adalah Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang Rencana Pembangunan Nasional Semesta Berencana.
Ketetapan dapat ditemukan Pasal 330 C yang menyatakan bahwa dasar
pendidikan di bidang kepanduan adalah Pancasila. Penertiban tentang
kepanduan (Pasal 741) dan pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan
menyetujui rencana Pemerintah untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 Ayat
30). Supaya Kepanduan dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powellisme
(Lampiran C Ayat 8).
Ketetapan
itu memberi kewajiban agar pemerintah melaksanakannya. Karena itulah
Presiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan tokoh-tokoh dan
pemimpin gerakan kepramukaan Indonesia, bertempat di Istana Negara.
Mencermati
petikan dari sejarah pramuka yang ada saat ini yang menyebutkan Lord
baden Powell mendirikan Pramuka Internasional tidak sepenuhnya benar.
Karena pramuka yang dibentuk oleh Sukarno tidak suka Pandu berbau ke-baden powell-an.
Namun pramuka sekarang ketika kemudian mengikuti Jambore Pandu dunia.
SK-SK yang tidak relefan bagi keanggotaan Pandu Dunia menyebabkan
Pramuka Indonesia ogah dikunjungi Jambore Dunia, justru Pandu
Hizbul Wathan milik Muhammadiyah lebih relevan ke arah Baden Powell.
Tetapu adanya pertanyaan kenapa dulu menolak Pandu-nya Baden Powell
Namun ternyata sekarang mengekor dan mengakui Baden Powell sebagai Bapak
Pramuka Dunia.
Pramuka sendiri merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka, yang meliputi; Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega. Kelompok anggota yang lain yaitu Pembina Pramuka, Andalan, Pelatih, Pamong Saka, Staf Kwartir dan Majelis Pembimbing. Pramuka merupakan organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia. Kata “Pramuka” merupakan singkatan dari praja muda karana, yang memiliki arti rakyat muda yang suka berkarya.
Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga
dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah,
praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan
dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak
dan budi pekerti luhur. Kepramukaan adalah sistem pendidikan kepanduan
yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan masyarakat
dan bangsa Indonesia.
Scouting yang
di Indonesia lebih dikenal dengan istilah Kepramukaan. Namun Pramuka di
Indonesia dulunya tidak mau terpengaruh dengan Pramuka dunia. Pramuka
dunia dikembangkan oleh Lord Robert Boden Powell sebagai cara membina
kaum muda, setelah beliau berhasil mengatasi situasi dan kondisi kaum
muda di kota London pada tahun 1903. Saat beliau kembali ke London
sebagai pahlawan perang Boer. Pada saat itu, beliau menyaksikan
kota London yang menderita kehancuran ekonomi, dan sosial yang
berdampak pada kehidupan remaja yang terlibat dalam aksi kekerasan,
minuman keras, dan tindakan kejahatan. Beliau dengan tegas mengatakan
bahwa “…ini bukan kesalahan mereka. Mereka hanya membutuhkan sesuatu yang dapat membuat mereka berguna…” (Robert Boden Powell oleh Courtney, 1992).
Upaya dan
keberhasilan beliau itu mendapat sambutan dan perhatian luas masyarakat
Inggris, khususnya mereka yang peduli terhadap pembinaan remaja. Boden
Powell menerapkan Scouting, yang semula digunakan beliau untuk
melatih prajurit muda angkatan perang Inggris, bagi remaja Inggris yang
disesuaikan dengan kepentingan, kebutuhan, situasi, dan kondisi kaum
muda Inggris saat itu. Pengalaman penerapan scouting tersebut di ujicoba secara intensif dalam pelatihan 21 orang pemuda dengan berkemah di pulau Brown Sea pada tanggal 25 Juli 1907, selama 8 hari. Pengalaman keberhasilan Boden Powell sebelum, dan sesudah perkemahan di Brown Sea beliau tulis dalam buku “Scouting for Boys” pada tahun 1908.
Buku Scouting for Boys tersebar ke seluruh dunia. Kepramukaan/Scouting
memperoleh pengakuan masyarakat dunia, khususnya para pendidik dan
pakar ilmu pendidikan, sebagai salah satu pendidikan nonformal yang
efektif. Sejak saat itu, berdirilah organisasi kepanduan (pandu) atau Boy Scout Movement yang menyelenggarakan kepanduan/Scouting.
Gerakan kepanduan sebagai organisasi pendidikan nonformal tersebar di
dunia bagi kaum muda, yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan sebagai
cara mencapai tujuan pendidikan.
Masa Hindia Belanda
Sejarah Gerakan Pramuka Indonesia dimulai dari sejak masa saat Indonesia dijajah Belanda sehingga bernama “Hindia-Belanda”. Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa pemuda Indonesia
mempunyai “saham” besar dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan
Indonesia serta ada dan berkembangnya pendidikan kepanduan nasional
Indonesia. Dalam perkembangan pendidikan kepanduan itu tampak adanya
dorongan dan semangat untuk bersatu, namun terdapat gejala adanya
berorganisasi yang Bhinneka.
Organisasi kepanduan di Indonesia dimulai oleh adanya cabang “Nederlandsche Padvinders Organisatie” (NPO) pada tahun 1912, yang pada saat pecahnya Perang Dunia I memiliki kwartir besar sendiri serta kemudian berganti nama menjadi “Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging” (NIPV) pada tahun 1916.
Organisasi Kepanduan yang diprakarsai oleh bangsa Indonesia adalah Javaansche Padvinders Organisatie; berdiri atas prakarsa S.P. Mangkunegara VII pada tahun 1916.
Kenyataan bahwa kepanduan itu senapas dengan pergerakan nasional.
Terkait dengan kepramukaan di Indonesia juga dikenal dengan adanya
“Padvinder Muhammadiyah”
yang pada 1920 berganti nama menjadi “Hizbul Wathan” (HW); “Nationale
Padvinderij” yang didirikan oleh Budi Utomo. Syarikat Islam mendirikan
“Syarikat Islam Afdeling Padvinderij” yang kemudian diganti menjadi
“Syarikat Islam Afdeling Pandu” dan lebih dikenal dengan SIAP. Nationale
Islamietische Padvinderij (NATIPIJ) didirikan oleh Jong Islamieten Bond
(JIB) dan Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie (INPO) didirikan
oleh Pemuda Indonesia.
Lambang identitas dari INPO yang berupa bendera merah dan putih berukuran 84 cm X 120 cm. Gerakan pramuka atau kepanduan di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1923 yang ditandai dengan didirikannya Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) di Bandung. Sedangkan di tahun yang sama, di Jakarta didirikan Jong Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO). Kedua organisasi cikal bakal kepanduan di Indonesia ini meleburkan diri menjadi satu, bernama Indonesische Nationale Padvinderij Organisatie (INPO) di Bandung pada tahun 1926.
Hasrat
bersatu bagi organisasi kepanduan Indonesia waktu itu tampak mulai
dengan terbentuknya PAPI yaitu “Persaudaraan Antara Pandu Indonesia”
merupakan federasi dari Pandu Kebangsaan, INPO, SIAP, NATIPIJ dan PPS
pada tanggal 23 Mei 1928. Federasi ini tidak dapat bertahan lama, karena niat adanya fusi, akibatnya pada 1930 berdirilah Kepanduan Bangsa Indonesia
(KBI) yang dirintis oleh tokoh dari Jong Java Padvinders/Pandu
Kebangsaan (JJP/PK), INPO dan PPS (JJP-Jong Java Padvinderij); PK-Pandu
Kebangsaan). PAPI kemudian berkembang menjadi Badan Pusat Persaudaraan
Kepanduan Indonesia (BPPKI) pada bulan April 1938.
Antara tahun
1928-1935 bermuncullah gerakan kepanduan Indonesia baik yang bernafas
utama kebangsaan maupun bernafas agama. Kepanduan yang bernafas
kebangsaan dapat dicatat Pandu Indonesia (PI), Padvinders Organisatie
Pasundan (POP), Pandu Kesultanan (PK), Sinar Pandu Kita (SPK) dan
Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI). Sedangkan yang bernafas agama Pandu
Ansor, Al Wathoni, Hizbul Wathon, Kepanduan Islam Indonesia (KII), Islamitische Padvinders Organisatie (IPO), Tri Darma (Kristen), Kepanduan Azas Katolik Indonesia (KAKI), Kepanduan Masehi Indonesia (KMI).
Sebagai
upaya untuk menggalang kesatuan dan persatuan, Badan Pusat Persaudaraan
Kepanduan Indonesia BPPKI merencanakan “All Indonesian Jamboree”.
Rencana ini mengalami beberapa perubahan baik dalam waktu pelaksanaan
maupun nama kegiatan, yang kemudian disepakati diganti dengan
“Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem” disingkat PERKINO dan
dilaksanakan pada tanggal 19-23 Juli 1941 di Yogyakarta.
Perkembangan kepramukaan juga terjadi pada masa penjajahan Jepang. “Dai Nippon” Itulah nama yang dipakai untuk menyebut Jepang
pada waktu itu. Pada masa Perang Dunia II, bala tentara Jepang
mengadakan penyerangan dan Belanda meninggalkan Indonesia. Partai dan
organisasi rakyat Indonesia, termasuk gerakan kepramukaan, dilarang
berdiri. Namun upaya menyelenggarakan PERKINO II tetap dilakukan. Bukan
hanya itu, semangat kepramukaan tetap menyala di dada para
anggotanya.Karena Pramuka merupakan suatu organisai yang menjungjung
tinggi nilai persatuan.Oleh karena itulah bangsa jepang tidak
mengijinkan Pramuka tetap lahir di bumi pertiwi.
Sebulan sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa tokoh kepramukaan berkumpul di Yogyakarta
dan bersepakat untuk membentuk Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia
sebagai suatu panitia kerja, menunjukkan pembentukan satu wadah
organisasi kepramukaan untuk seluruh bangsa Indonesia dan segera
mengadakan Konggres Kesatuan Kepanduan Indonesia.
Kongres yang
dimaksud, dilaksanakan pada tanggal 27-29 Desember 1945 di Surakarta
dengan hasil terbentuknya Pandu Rakyat Indonesia. Perkumpulan ini
didukung oleh segenap pimpinan dan tokoh serta dikuatkan dengan “Janji
Ikatan Sakti”, lalu pemerintah RI mengakui sebagai satu-satunya
organisasi kepramukaan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri
Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No.93/Bag. A, tertanggal 1 Februari 1947.
Namun sebelum Indonesia merdeka perkembangan pramuka mengalami tahun-tahun sulit. Pandu Rakyat Indonesia sulit mengalami progress karena serbuan Belanda. Bahkan pada peringatan kemerdekaan 17 Agustus 1948
waktu diadakan api unggun di halaman gedung Pegangsaan Timur 56,
Jakarta, senjata Belanda mengancam dan memaksa Soeprapto menghadap
Tuhan, gugur sebagai Pandu, sebagai patriot yang membuktikan cintanya
pada negara, tanah air dan bangsanya. Di daerah yang diduduki Belanda,
Pandu Rakyat dilarang berdiri. Keadaan ini mendorong berdirinya
perkumpulan lain seperti Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri
Indonesia (PPI), Kepanduan Indonesia Muda (KIM).
Masa
perjuangan bersenjata untuk mempertahankan negeri tercinta merupakan
pengabdian juga bagi para anggota pergerakan kepramukaan di Indonesia,
kemudian berakhirlah periode perjuangan bersenjata untuk menegakkan dan
mempertahakan kemerdekaan itu, pada waktu inilah Pandu Rakyat Indonesia
mengadakan Kongres II di Yogyakarta pada tanggal 20-22 Januari 1950.
Kongres ini antara lain memutuskan untuk menerima konsepsi baru, yaitu
memberi kesempatan kepada golongan khusus untuk menghidupakan kembali
bekas organisasinya masing-masing dan terbukalah suatu kesempatan bahwa
Pandu Rakyat Indonesia bukan lagi satu-satunya organisasi kepramukaan di
Indonesia dengan keputusan Menteri PP dan K nomor 2344/Kab. tertanggal 6
September 1951 dicabutlah pengakuan pemerintah bahwa Pandu Rakyat
Indonesia merupakan satu-satunya wadah kepramukaan di Indonesia, jadi
keputusan nomor 93/Bag. A tertanggal 1 Februari 1947 itu berakhir sudah.
Mungkin agak
aneh juga kalau direnungi, sebab sepuluh hari sesudah keputusan Menteri
No. 2334/Kab. itu keluar, maka wakil-wakil organisasi kepramukaan
mengadakan konfersensi di Jakarta. Pada saat inilah tepatnya tanggal 16 September 1951
diputuskan berdirinya Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO) sebagai suatu
federasi. Pada 1953 IPINDO berhasil menjadi anggota kepramukaan sedunia.
IPINDO merupakan federasi bagi organisasi kepramukaan putera, sedangkan
bagi organisasi puteri terdapat dua federasi yaitu PKPI (Persatuan
Kepanduan Puteri Indonesia) dan POPPINDO (Persatuan Organisasi Pandu
Puteri Indonesia). Kedua federasi ini pernah bersama-sama menyambut
singgahnya Lady Baden-Powell ke Indonesia, dalam perjalanan ke
Australia.
Dalam peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-10 IPINDO menyelenggarakan Jambore Nasional, bertempat di Ragunan, Pasar Minggu pada tanggal 10-20 Agustus 1955,
Jakarta. IPINDO sebagai wadah pelaksana kegiatan kepramukaan merasa
perlu menyelenggarakan seminar agar dapat gambaran upaya untuk menjamin
kemurnian dan kelestarian hidup kepramukaan. Seminar ini diadakan di
Tugu, Bogor pada bulan Januari 1957.
Seminar Tugu ini menghasilkan suatu rumusan yang diharapkan dapat
dijadikan acuan bagi setiap gerakan kepramukaan di Indonesia. Dengan
demikian diharapkan kepramukaan yang ada dapat dipersatukan. Setahun
kemudian pada bulan November 1958, Pemerintah RI, dalam hal ini
Departemen PP dan K mengadakan seminar di Ciloto, Bogor, Jawa Barat,
dengan topik “Penasionalan Kepanduan”.
Kalau
Jambore untuk putera dilaksanakan di Ragunan Pasar Minggu-Jakarta, maka
PKPI menyelenggarakan perkemahan besar untuk puteri yang disebut Desa
Semanggi bertempat di Ciputat. Desa Semanggi itu terlaksana pada tahun
1959. Pada tahun ini juga Ipindo mengirimkan kontingennya ke Jambore
Dunia di MT. Makiling Filipina.
Gerakan
Pramuka di Indonesia sendiri lahir pada tahun 1961. Maka apabila
membicarakan mengenai latar belakang lahirnya Gerakan Pramuka, perlu
dikaji keadaan, kejadian dan peristiwa pada sekitar tahun 1960. Dalam
terbentuknya Gerakan Pramuka terdapat regulasi (peraturan) yang timbul
pada masa perintisan berdirinya Pramuka adalah Ketetapan MPRS Nomor
II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan
Nasional Semesta Berencana. Dalam ketetapan ini dapat ditemukan Pasal
330 C yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah
Pancasila. Mengenai penertiban tentang kepanduan (Pasal 741) dan
pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana
Pemerintah untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 Ayat 30). Kemudian
kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powellisme
(Lampiran C Ayat 8).
Ketetapan
itu memberi kewajiban agar Pemerintah untuk melaksanakannya. Karena
itulah Pesiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan
tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepramukaan Indonesia, bertempat di
Istana Negara. Hari Kamis malam itulah Presiden mengungkapkan bahwa
kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan
harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi
satu yang disebut Pramuka. Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri
atas :
- Sri Sultan Hamengku Buwono IX,
- Menteri P dan K, Prof. Prijono
- Menteri Pertanian, Dr.A. Azis Saleh
- Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi.
Untuk
mengesahkan kepanitian tersebut ditetapkan, Keputusan Presiden RI No.112
Tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana
Pembentukan Gerakan Pramuka. Ada perbedaan sebutan atau tugas panitia
antara pidato Presiden dengan Keputusan Presiden itu. Masih dalam bulan
April itu juga, keluarlah Keputusan Presiden RI Nomor 121 Tahun 1961
tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka.
Anggota Panitia ini terdiri atas :
- Sri Sultan Hamengku Buwono IX,
- Prof. Prijono,
- Dr. A. Azis Saleh,
- Achmadi
- Menteri Sosial, Muljadi Djojo Martono
Panitia
inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai
Lampiran Keputusan Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei
1961 tentang Gerakan Pramuka.
Kelahiran Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan yaitu:
- Pidato Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para tokoh dan pimpinan yang mewakili organisasi kepanduan yang ada di Indonesia tanggal 9 Maret 1961 di Istana Negara yang kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN PRAMUKA.
- Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan Pramuka menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia, serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangan bagi para pengelola Gerakan Pramuka dalam menjalankan tugasnya. Tanggal 20 Mei adalah; Hari Kebangkitan Nasional, namun bagi Gerakan Pramuka memiliki arti khusus dan merupakan tonggak sejarah untuk pendidikan di lingkungan ke tiga yang disebut sebagai HARI PERMULAAN TAHUN KERJA.
- Pernyataan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang dengan ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di Istana Olahraga Senayan pada tanggal 30 Juli 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI IKRAR GERAKAN PRAMUKA.
- Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, diikuti defile Pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului dengan penganugerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka, dan kesemuanya ini terjadi pada tanggal pada tanggal 14 Agustus 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PRAMUKA.
Riwayat hidup Baden Powell
Logo Gerakan Kepanduan Dunia, WOSM (World Organization of Scout Movement. Gerakan kepanduan (Scouting)
adalah sebuah gerakan pembinaan pemuda yang memiliki pengaruh mendunia.
Gerakan kepanduan terdiri dari berbagai organisasi kepemudaan, baik
untuk pria maupun wanita, yang bertujuan untuk melatih fisik, mental dan spiritual
para pesertanya dan mendorong mereka untuk melakukan kegiatan positif
di masyarakat. Tujuan ini dicapai melalui program latihan dan pendidikan
non-formal kepramukaan yang mengutamakan aktivitas praktis di lapangan.
Saat ini, terdapat lebih dari 38 juta anggota kepanduan dari 217 negara
dan teritori.
Tahun 1907 Robert Baden-Powell, seorang letnan jendral angkatan bersenjata Britania raya, dan William Alexander Smith, pendiri Boy’s Brigade, mengadakan perkemahan kepanduan pertama (dikenal sebagai jamboree) di Kepulauan Brownsea, Inggris. Langkah tersebut sebagai pencetusan berdirinya Gerakan Pramuka sedunia. Bodden Powell dilahirkan pada tanggal 22 Februari 1857 di London, Inggris dengan
nama Robert Stephenson Smyth. Ayahnya bernama Powell seorang Professor
Geometry di Universitas Oxford, yang meninggal ketika Stephenson masih
kecil. Nama sesungguhnya ialah Robert Stepenshon Smyth. Ayahnya adalah
seorang Profesor Geometri di Universitas Oxford bernama Boden Powell
yang meninggal ketika Stepenshon masih kecil.Lahirnya pendidikan Gerakan
Pramuka diilhami oleh pengalaman semasa hidupnya diantaranya adalah :
- Karena ditinggal bapak sejak kecil, maka mendapatkan pembinaan watak ibunya.
- Dari kakaknya mendapat latihan keterampilan berlayar, berenang, berkemah, olah raga dan lain-lainnya.
- Sifat Baden Powell yang sangat cerdas, gembira, lucu, suka main musik, bersandiwara, berolah raga, mengarang dan menggambar sehingga disukai teman-temannya.
- Pengalaman di India sebagai pembantu Letnan pada Resimen 13 Kavaleri yang berhasil mengikuti jejak kuda yang hilang di puncak gunung serta keberhasilan melatih panca indera kepada Kimball O’Hara.
- Terkepung bangsa Boer di kota Mafeking, Afrika Selatan selama 127 hari dan kekurangan makan.
- Pengalaman mengalahkan Kerajaan Zulu di Afrika dan mengambil kalung manik kayu milik Raja Dinizulu.
- Pengalaman mengalahkan Kerajaaan Zulu di Afrika dan mengambil kalung manik kayu milik Raja Dinizulu.Semua pengalaman hidupnya ditulis dalam sebuah buku yang berjudul ‘Aids to Scouting’. Buku ini sebenarnya berisikan petunjuk petunjuk kepada tentara muda inggris agar dapat melakukan tugas penyelidikan dengan baik. Buku ini sangat menarik bukan hanya bagi para pemuda bahkan juga orang dewasa.
- Seorang pemimpin Boys Brigade di Inggris yang bernama tuan William Smyth meminta beliau untuk melatih anggotanya sesuai dengan cerita-cerita pengalaman beliau yang terdapat dalam buku ‘Aids to Scouting’.
- Akhirnya dipanggillah 21 pemuda dari Boys Brigade dari berbagai wilayah negeri Inggris untuk diajak berkemah dan berlatih di pulau Brownsea pada tanggal 25 Juli 1907 selama 8 hari. Pada tahun 1901 beliau meminta pensiun dari tentara dengan pangkat terakhir Letnan Jendral. Pada tahun 1929, beliau mendapat titel Lord dari Raja George. Beliau menikah dengan Olave St Clair Soames dan dianugrahi 3 orang anak. Beliau meninggal pada tanggal 8 Januari 1941 di Nyeri, Kenya, Afrika.
Awal tahun
1908 Bodden Powell menulis pengalamannya dalam sebuah buku yang berjudul
‘Scouting For Boys’, buku ini sebagai pembungkus acara latihan
kepramukaan yang dirintisnya. Pada mulanya latihan ini ditujukan kepada
anak laki-laki usia penggalang yang disebut Boys Scout. Tetapi kemudian
atas bantuan Agnes adik perempuannya didirikan sebuah organisasi
kepramukaan putri yang diberi nama Girl Guides yang kemudian dilanjutkan
oleh Nyonya Boden Powell.
Tahun 1910
BP pensiun dari tentara dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal. Pada
tahun 1912 menikah dengan Ovale St. Clair Soames dan dianugerahi 3 orang
anak. Beliau mendapat titel Lord dari Raja George. Pada tahun 1929
Baden Powell meninggal tanggal 8 Januari 1941 di Nyeri, Kenya, Afrika.
Awal tahun 1908 Baden Powell menulis pengalamannya untuk acara latihan kepramukaan yang dirintisnya. Kumpulan tulisannya ini
dibuat buku dengan judul “Scouting For Boys”. Buku ini cepat tersebar
di Inggris dan negara-negara lain yang kemudian berdiri organisasi
kepramukaan yang semula hanya untuk laki-laki dengan nama Boys Scout.
Tahun 1912
atas bantuan adik perempuan beliau, Agnes didirikan organisasi
kepramukaan untuk wanita dengan nama Girl Guides yang kemudian
diteruskan oleh istri beliau. Tahun 1914 Bodel Powell mulai menulis
petunjuk untuk kursus pembina Pramuka. Rencana ini baru dapat
dilaksanakan pada tahun 1919. Dari sahabatnya yang bernama W.F.de Bois
Macleren, Boden Powell mendapat sebidang tanah di Chingford, yang
digunakan sebagai tempat pendidikan pembina Pramuka. Tempat ini terkenal
dengan nama Gillwel Park.
Tahun 1916
berdiri kelompok pramuka usia siaga yang disebut CUB (Anak Serigala)
dengan buku The Jungle Book karangan Rudyard Kipling sebagai pedoman
kegiatannya. Buku ini bercerita tentang Mowgli si anak rimba yang
dipelihara di hutan oleh induk serigala sebagai cerita pembungkus
kegiatan CUB tersebut. Tahun 1918 Boden Powell membentuk Rover Scout
(Pramuka usia penegak) bagi mereka yang telah berusia 17 tahun. Tahun
1922 beliau menerbitkan buku Rovering To Success (Mengembara Menuju
Bahagia). Buku ini menggambarkan seorang pemuda yang harus mengayuh
sampannya menuju ke pantai bahagia.
Tahun 1920
diselenggarakan Jambore Dunia yang pertama di Olympia Hall, London.
Beliau mengundang pramuka dari 27 Negara dan pada saat itu Baden Powell
diangkat sebagai Bapak Pandu Sedunia (Chief Scout of The World).
- Tahun 1924 Jambore II di Ermelunden, Copenhagen, Denmark
- Tahun 1929 Jambore III di Arrow Park, Birkenhead, Inggris
- Tahun 1933 Jambore IV di Godollo, Budapest, Hongaria
- Tahun 1937 Jambore V di Vogelenzang, Blomendaal, Belanda
- Tahun 1947 Jambore VI di Moisson, Perancis
- Tahun 1951 Jambore VII di Salz Kamergut, Austria
- Tahun 1955 Jambore VIII di sutton Park, Sutton Coldfild, Inggris
- Tahun 1959 Jambore IX di Makiling, Philipina
- Tahun 1963 Jambore X di Marathon, Yunani
- Tahun 1967 Jambore XI di Idaho, Amerika Serikat
- Tahun 1971 Jambore XII di Asagiri, Jepang
- Tahun 1975 Jambore XIII di Lillehammer, Norwegia
- Tahun 1979 Jambore XIV di Neishaboor, Iran tetapi dibatalkan
- Tahun 1983 Jambore XV di Kananaskis, Alberta, Kanada
- Tahun 1987 Jambore XVI di Cataract Scout Park, Australia
- Tahun 1991 Jambore XVII di Korea Selatan
- Tahun 1995 Jambore XVIII di Belanda
- Tahun 1999 Jambore XIX di Chili, Amerika Selatan
- Tahun 2003 Jambore XX di Thailand
Tahun 1920
dibentuk Dewan Internasional dengan 9 orang anggota dan Biro
Sekretariatnya di London, Inggris dan tahun 1958 Biro Kepramukaan
sedunia dipindahkan dari London ke Ottawa Kanada. Tanggal 1 Mei 1968
Biro kepramukaan Sedunia dipindahkan lagi ke Geneva, Swiss. Sejak tahun
1920 sampai 19 Kepala Biro Kepramukaan Sedunia dipegang berturut-turut
oleh Hebert Martin (Inggris). Kolonel J.S. Nilson (Inggris), Mayjen D.C.
Spry (Kanada) yang pada tahun 1965 diganti oleh R.T. Lund 1 Mei 1968
diganti lagi oleh DR. Laszio Nagy sebagai Sekjen. Tahun 1922 Boden
Powell menerbitkan buku ‘Rovering to Success’ (Mengembara menuju
bahagia), yang berisi petunjuk bagi pramuka penegak dalam menghadapi
hidupnya.
Biro
Kepramukaan sedunia Putra mempunyai 5 kantor kawasan yaitu Costa Rica,
Mesir, Philipina, Swiss dan Nigeria. Sedangkan Biro kepramukaan Sedunia
Putri bermarkas di London dengan 5 kantor kawasan di Eropa, Asia
Pasifik, Arab, Afrika dan Amerika Latin. Tanggal 1 Mei 1968 Biro
Kepramukaan se Dunia (putra) dipindahkan lagi ke Genewa, Swiss. Sejak
tahun 1920 sampai 1965 kepala Biro Kepramukaan se Dunia ini dipegang
berturut-turut oleh Hubert Martin (Inggris), Kol J.S. Wilson (Inggris),
Mayjen D.C Spry (Canada). Tahun 1965 DC Spray diganti oleh R.T Lund dan
sejak 1968 sampai sekarang dipegang oleh DR. Lasza Nagy sebagai sekjen.
Biro Kepramukaan sedunia (putra) hanya mempunyai 40 orang tenaga staf
yang ada di Genewa dan di 5 kantor kawasan, yaitu di Costa Rica, Mesir,
Philipine, Swiss dan Nigeria. Biro Kepramukaan sedunia putri sampai
sekarang tetap berada di London dan juga mempunyai kantor di 5 kawasan
yaitu Eropa, Asia Pasifik, Arab, Afrika dan Amerika Latin.
Ide untuk mengadakan gerakan tersebut muncul ketika Baden-Powell dan pasukannya berjuang mempertahankan kota Mafeking, Afrika Selatan,
dari serangan tentara Boer. Ketika itu, pasukannya kalah besar
dibandingkan tentara Boer. Untuk mengakalinya, sekelompok pemuda
dibentuk dan dilatih untuk menjadi tentara sukarela. Tugas utama mereka
adalah membantu militer
mempertahankan kota. Mereka mendapatkan tugas-tugas yang ringan tapi
penting; misalnya mengantarkan pesan yang diberikan Baden-Powell ke
seluruh anggota militer di kota tersebut. Pekerjaan itu dapat mereka
selesaikan dengan baik sehingga pasukan Baden-Powell dapat
mempertahankan kota Mafeking selama beberapa bulan. Sebagai
penghargaan atas keberhasilan yang mereka dapatkan, setiap anggota
tentara sukarela tersebut diberi sebuah lencana. Gambar dari lencana ini
kemudian digunakan sebagai logo dari gerakan Pramuka internasional.
Keberhasilan
Baden-Powell mempertahankan kota Mafeking membuatnya dianggap menjadi
pahlawan. Dia kemudian menulis sebuah buku yang berjudul Aids to Scouting (ditulis tahun 1899), dan menjadi buku terlaris saat itu. Pada tahun 1906, Ernest Thompson Seton mengirimkan Baden-Powell sebuah buku karyanya yang berjudul The Birchbark Roll of the Woodcraft Indians. Seton, seorang keturunan Inggris-Kanada yang tinggal di Amerika Serikat, sering mengadakan pertemuan dengan Baden-Powell dan menyusun rencana tentang suatu gerakan pemuda.
Pertemuannya dengan Seton tersebut mendorongnya untuk menulis kembali bukunya, Aids to Scouting, dengan versi baru yang diberi judul Boy’s Patrols.
Buku tersebut dimaksudkan sebagai buku petunjuk kepanduan bagi para
pemuda ketika itu. Kemudian, untuk menguji ide-idenya, dia mengadakan
sebuah perkemahan untuk 21 pemuda dari berbagai lapisan masyarakat
selama seminggu penuh, dimulai pada tanggal 1 Agustus, di kepulauan
Brownsea, Inggris. Metode organisasinya (sekarang dikenal dengan sistem
patroli atau patrol system dalam bahasa Inggris) menjadi kunci
dari pelatihan kepanduan yang dilakukannya. Sistem ini mengharuskan para
pemuda untuk membentuk beberapa kelompok kecil, kemudian menunjuk salah
satu diantara mereka untuk menjadi ketua kelompok tersebut.
Setelah
bukunya diterbitkan dan perkemahan yang dilakukannya berjalan dengan
sukses, Baden-Powell pergi untuk sebuah tur yang direncanakan oleh Arthur Pearson untuk mempromosikan pemikirannya ke seluruh Inggris. Dari pemikirannya tersebut, dibuatlah sebuah buku berjudul Scouting fo Boys, yang saat ini dikenal sebagai buku panduan kepramukaan (Boy Scout Handbook) edisi pertama.
Saat itu
Baden-Powell mengharapkan bukunya dapat memberikan ide baru untuk
beberapa oraganisasi pemuda yang telah ada. Tapi yang terjadi, beberapa
pemuda malah membentuk sebuah organisasi baru dan meminta Baden-Powell
menjadi pembimbing mereka. Ia pun setuju dan mulai mendorong mereka
untuk belajar dan berlatih serta mengembangkan organisasi yang mereka
dirikan tersebut.
Seiring
dengan bertambahnya jumlah anggota, Baden-Powell semakin kesulitan
membimbing mereka; Ia membutuhkan asisten untuk membantunya. Oleh karena
itu, ia merencanakan untuk membentuk sebuah Pusat Pelatihan Kepemimpinan bagi Orang Dewasa (Adult Leadership Training Center).
Pada tahun 1919, sebuah taman di dekat London dibeli sebagai lokasi
pelatihan tersebut. Ia pun menulis buku baru yang berjudul Aids to Scoutmastership dan beberapa buku lainnya yang kemudian ia kumpulkan dan disatukan dalam buku berjudul Rovering to Success for Rover Scouts pada tahun 1922.
Sekalipun Gerakan Kepanduan didirikan Baden-Powell, tetapi ia banyak terinspirasi Frederick Russell Burnham,
org Amerika yg membantu Inggris di Afsel. Burnham banyak belajar tehnik
hidup di alam bebas dr ayahnya yg menjadi pastor di tempat penampungan
(reservasi) orang Indian. Burnham yg sukses menghadapi beberapa perang
pemberontakan Indian, lalu pergi ke Afsel & berkenalan dg
Baden-Powell di Perang Boer. Dari Burnham lah Baden-Powell menyusun
berbagai ketrampilan2 dasar yg diperlukan seorang Boy Scout (Pandu).
Terinspirasi org Indian. Selanjutnya di Gerakan Kepanduan, Burnham
diangkat sebagai “Kepala Suku” pertama dari gerakan yg didirikan
Baden-Powell.
Gerakan Pramuka Diperkenalkan di Indonesia
Bapak Pramuka Indonesia adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Lambang dari gerakan gerakan ini adalah bayangan tunas kelapa. Lambang tersebut diciptakan oleh Sunardjo Atmodipuro,
karena ia berfikir bahwa seluruh bagian dari pohon kelapa bermanfaat.
Diharapkan dengan lambang itu, para pramuka bisa memberi banyak manfaat
bagi dirinya dan lingkungan sekitar.
Pidato
Presiden pada tanggal 9 Maret 1961 juga menggariskan agar pada
Proklamasi Kemerdekaan RI Gerakan Pramuka telah ada dan dikenal oleh
masyarakat. Oleh karena itu Keppres RI No. 238 Tahun 1961 perlu ada
pendukungnya yaitu pengurus dan anggotanya. Menurut Anggaran Dasar
Gerakan Pramuka, pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan
Nasional (MAPINAS) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka dan Kwartir Nasional Harian. Badan Pimpinan Pusat ini secara
simbolis disusun dengan mengambil angka keramat 17-8-’45, yaitu terdiri
atas Mapinas beranggotakan 45 orang di antaranya duduk dalam Kwarnas 17
orang dan dalam Kwarnasri 8 orang. Namun demikian dalam realisasinya
seperti tersebut dalam Keppres RI No.447 Tahun 1961, tanggal 14 Agustus
1961 jumlah anggota Mapinas menjadi 70 orang dengan rincian dari 70
anggota itu 17 orang di antaranya sebagai anggota Kwarnas dan 8 orang di
antara anggota Kwarnas ini menjadi anggota Kwarnari.
Mapinas
diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno, Presiden RI dengan Wakil Ketua I, Sri
Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr.A. Aziz
Saleh. Sementara itu dalam Kwarnas, Sri Sultan Hamengku Buwono IX
menjabat Ketua dan Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh sebagai Wakil Ketua
merangkap Ketua Kwarnari. Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan
kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja
di Ibukota Jakarta, tapi juga di tempat yang penting di Indonesia. Di
Jakarta sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar
yang diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan Presiden dan
berkeliling Jakarta. Sebelum kegiatan pawai/defile, Presiden melantik
anggota Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari, di Istana negara, dan
menyampaikan anugerah tanda penghargaan dan kehormatan berupa Panji
Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia (Keppres No.448 Tahun 1961) yang
diterimakan kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri Sultan Hamengku Buwono IX
sesaat sebelum pawai/defile dimulai. Peristiwa perkenalan tanggal 14
Agustus 1961 ini kemudian dilakukan sebagai HARI PRAMUKA yang setiap tahun diperingati oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka.
Orgnasasi Pramuka Indonesia di seputaran tahun 1920-an.
Lambang Gerakan Pramuka (menurut Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga) adalah tunas kelapa, dikenakan pada kerah kiri baju pramuka dan
Lambang WOSM yang dikenakan pada kerah kanan baju pramuka puteri.
Sedangkan untuk putera,Lambang Gerakan Pramuka dikenakan pada kantung
sebelah kiri, sedangkan Lambang WOSM pada kantung sebelah kanan kemeja.
Emblem lokasi wilayah Gerakan Pramuka (berdasarkan provinsi) dikenakan pada lengan sebelah kanan baju Pramuka.
Berdasarkan
resolusi Konferensi Kepanduan Sedunia tahun 1924 di Kopenhagen, Denmark,
maka kepanduan mempunyai tiga sifat atau ciri khas, yaitu :
- Nasional, yang berarti suatu organisasi yang menyelenggarakan kepanduan di suatu negara haruslah menyesuaikan pendidikannya itu dengan keadaan, kebutuhan dan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
- Internasional, yang berarti bahwa organisasi kepanduan di negara manapun di dunia ini harus membina dan mengembangkan rasa persaudaraan dan persahabatan antara sesama Pandu dan sesama manusia, tanpa membedakan kepercayaan/agama, golongan, tingkat, suku dan bangsa.
- Universal, yang berarti bahwa kepanduan dapat dipergunakan di mana saja untuk mendidik anak-anak dari bangsa apa saja.
Tidak lama setelah buku Scouting For Boys diterbitkan, Pramuka mulai dikenal di seluruh Inggris dan Irlandia.
Gerakannya sendiri, secara perlahan tapi pasti, mulai dicoba dan
diterapkan diseluruh wilayah kerajaan Inggris dan koloninya. Unit
kepanduan di luar wilayah kerajaan Inggris
yang pertama diakui keberadaannya, dibentuk di Gilbraltar pada tahun
1908, yang kemudian diikuti oleh pembentukan unit lainnya di Malta.
Kanada ialah koloni Inggris pertama yang mendapat ijin dari kerajaan
Inggris untuk mendirikan gerakan kepanduan, diikuti oleh Australia, Selandia Baru, dan Afrika Selatan. Chili
ialah negara pertama diluar Inggris dan koloninya yang membentuk
gerakan kepanduan. Parade Pramuka pertama diadakan di Crystal Palace,
London pada tahun 1910. Parade tersebut menarik minat para remaja di
Inggris. Tidak kurang dari 10.000 remaja putra dan putri tertarik untuk
bergabung dalam kegiatan kepanduan. Pada 1910 Argentina, Denmark,
Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, India, Meksiko, Belanda, Norwegia,
Russia, Singapura, Swedia, dan Amerika Serikat tercatat telah memiliki
organisasi kepramukaan.
Semenjak
didirikan, Gerakan Pramuka yang memfokuskan program pada remaja usia
11-18 tahun telah mendapat respon yang menggembirakan, anggota bertambah
dengan cepat. Kebutuhan program pun dengan sendirinya bertambah. Untuk
memenuhi keinginan dan ketertarikan para generasi muda pada saat itu,
gerakan pramuka menambah empat program dalam organisasinya untuk
melebarkan lingkup keanggotaan gerakan pramuka. Keempat prpogram
tersebut meliputi : Pendidikan Generasi Muda usia dini, Usia Remaja,
pendidikan kepanduan putri, dan pendidikan kepemimpinan bagi pembina.
Program untuk golongan siaga, unit Satuan Karya, dan Penegak/pandega
mulai disusun pada akhir tahun 1910 di beberapa negara. Terkadang,
kegiatan kegiatan tersebut hanya berawal di tingkat lokal/ ranting yang
dikelola dalam skala kecil, baru kemudian diakui dan diadopsi oleh
kwartir nasional. Kasus serupa terjadi pada pendirian golongan siaga di
Amerika Serikat, yang program golongan siaganya telah dimulai sejak 1911
di tingkat ranting namun belum mendapatkan pengakuan hingga 1930.
Sejak awal
didirikannya gerakan kepanduan, para remaja putri telah mengisyaratkan
besarnya minat mereka untuk bergabung. Untuk mengakomodasi minat
tersebut, Agnes Baden Powell adik dari bapak kepanduan sedunia, Robert
Baden Powell, pada tahun 1910 ditunjuk menjadi presiden organiasi
kepanduan putri pertama di dunia. Agnes pada awalnya menamakan
organisasi tersebut Rosebud, yang kemudian berganti menjadi Brownies (Girl Guide)
pada 1914. Agnes mundur dari kursi presiden pada tahun 1917 dan
digantikan oleh Olive Baden Powell, istri dari Lord Baden-Powell. Agnes
tetap menjabat sebagai wakil presiden hingga ia meninggal pada usia 86
tahun. Pada waktu tersebut, kepanduan putri telah diposisikan sebagai
unit terpisah dari kepanduan pria, hal tersebut dilakukan menimbang
norma sosial yang berlaku saat tersebut. Pada era 90-an, Banyak
organisasi kepanduan di dunia yang saling bekerjasama antara unit putra
dan putri untuk memberikan pendidikan kepanduan.
Program awal bagi pendidikan pembina diadakan di London pada tahun 1910, dan di Yorkshire
pada tahun 1911. Namun, Baden Powell menginginkan pendidikan tersebut
dapat dipraktekkan semaksimal mungkin. Hal tersebut berarti bahwa dalam
setiap pendidikan diperlukan praktek lapangan semisal berkemah. Hal ini
membimbing pembentukan kursus Woodbadge. Akibat Perang Dunia I, pendidikan woodbadge bagi para pembina tertunda hingga tahun 1919. Pada tahun tersebut, diadakan kursus woodbadge
pertama di Gilwell Park. Pada saat ini, pendidikan bagi pembina telah
beragam dan memiliki cakupan yang luas. Beberapa pendidikan yang cukup
terkenal bagi pembina, seperti Pendidikan dasar, Pendidikan spesifik
golongan, hingga kursus Woodbadge.
Sampai tahun
2005, terdapat lebih dari 28 juta anggota terdaftar kepanduan putra dan
10 juta anggota terdaftar kepanduan putri di seluruh dunia dari 216
negara dan teritori berbeda.
Daftar 20 besar negara-negara dengan jumlah anggota pramuka terbesar:
Negara
|
Keanggotaan
|
Tahun Berdiri
|
|
Kepanduan Putra
|
Kepanduan Putri
|
||
Amerika Serikat | 9,500,000 | 1910 | 1912 |
Indonesia | 8,100,000 | 1912 | 1912 |
India | 3,700,000 | 1909 | 1911 |
Filipina | 2,600,000 | 1910 | 1918 |
Thailand | 1,400,000 | 1911 | 1957 |
Britania Raya | 1,000,000 | 1907 | 1909 |
Bangladesh | 950,000 | 1920 | 1928 |
Pakistan | 570,000 | 1909 | 1911 |
Kenya | 420,000 | 1910 | 1920 |
Korea | 280,000 | 1922 | 1946 |
Kanada | 260,000 | 1908 | 1910 |
Jerman | 260,000 | 1910 | 1912 |
Jepang | 240,000 | 1913 | 1919 |
Italia | 210,000 | 1912 | 1912 |
Nigeria | 160,000 | 1915 | 1919 |
Polandia | 160,000 | 1910 | 1910 |
Prancis | 150,000 | 1910 | 1911 |
Belgia | 150,000 | 1911 | 1915 |
Hong Kong | 150,000 | 1914 | 1916 |
Malaysia | 140,000 | 1911 | 1916 |
Ketentuan
dalam Anggaran Dasar gerakan pramuka tentang prinsip-prinsip dasar
metodik pendidikan kepramukaan yang pelaksanaannya seperti tersebut di
atas ternyata banyak membawa perubahan sehingga pramuka mampu
mengembangkan kegiatannya. Gerakan pramuka ternyata lebih kuat
organisasinya dan cepat berkembang dari kota ke desa.
Kemajuan
Gerakan Pramuka akibat dari sistem Majelis Pembimbing yang dijalankan di
tiap tingkat, dari tingkat Nasional sampai tingkat Gugus Depan.
Mengingat kira-kira 80 % penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dan 75 %
adalah petani maka tahun 1961 Kwarnas Gerakan Pramuka menganjurkan
supaya para pramuka mengadakan kegiatan di bidang pembangunan desa.
Pelaksanaan anjuran ini terutama di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur
dan Jawa Barat menarik perhatian Pimpinan Masyarakat. Maka tahun 1966
Menteri Pertanian dan Ketua Kwartir Nasional mengeluarkan instruksi
bersama pembentukan Satuan Karya Taruna Bumi. Kemudian diikuti munculnya
saka Bhayangkara, Dirgantara dan Bahari. Untuk menghadapi problema
sosial yang muncul maka pada tahun 1970 menteri Transmigrasi dan
Koperasi bersama dengan Ka Kwarnas mengeluarkan instruksi bersama
tentang partisipasi gerakan pramuka di dalam penyelenggaraan
transmigrasi dan koperasi. Kemudian perkembangan gerakan pramuka
dilanjutkan dengan berbagai kerjasama untuk peningkatan kegiatan dan
pembangunan bangsa dengan berbagai instansi terkait.
untuk lihat sumber klik disini
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori zona anak pramuka
dengan judul sejarah baden powell. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://boy-lozarang.blogspot.com/2013/01/sejarah-baden-powell.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
wahidin - Monday, January 21, 2013
Belum ada komentar untuk "sejarah baden powell"
Post a Comment